Chapter 2 | Bayang-bayang dibalik jendela
Pintu depan rumah tua itu terbuka dengan suara berderit yang mengerikan, seolah-olah engselnya sudah bertahun-tahun tidak digerakkan. Arman melangkah masuk dengan hati-hati, menerangi setiap sudut ruangan dengan senternya. Bau lembap dan debu segera menyambutnya, menciptakan suasana yang semakin menegangkan.
Ruangan itu besar, dengan perabotan antik yang tertutup kain putih yang sudah menguning. Sebuah cermin besar di dinding sebelah kanan memantulkan cahaya senter Arman, menimbulkan bayangan yang menari-nari di sekitarnya. Arman mencoba menenangkan dirinya, berusaha tetap fokus pada tujuannya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini.
Tiba-tiba, suara gemerisik terdengar dari lantai atas. Arman menengadah, mencoba mendengar lebih jelas. Suara itu terdengar seperti langkah kaki yang perlahan bergerak. Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan untuk naik ke lantai atas. Tangga kayu yang tua berderit di bawah berat tubuhnya, menambah kesan menyeramkan rumah tersebut.
Sesampainya di lantai atas, Arman menemukan sebuah lorong panjang dengan beberapa pintu di kedua sisinya. Di ujung lorong, ada satu pintu yang sedikit terbuka, dan dari dalamnya, cahaya redup memancar keluar. Dengan hati-hati, Arman mendekati pintu tersebut. Ia merasakan sesuatu yang aneh, seperti ada yang mengamatinya dari balik pintu itu.
Ketika ia mendorong pintu itu lebih lebar, Arman terkejut melihat seorang wanita berdiri di dekat jendela, sama seperti yang dilihatnya dari luar. Wajah wanita itu pucat, dengan mata yang tampak kosong. Wanita itu menatap Arman sejenak, kemudian berbalik dan berjalan menuju sebuah meja di sudut ruangan. Di atas meja itu, terdapat sebuah buku tebal yang tampak sangat tua.
“Siapa kamu?” tanya Arman dengan suara bergetar.
Wanita itu tidak menjawab. Ia membuka buku itu dan mulai membalik-balik halamannya. Arman mendekat, mencoba melihat apa yang tertulis di dalam buku itu. Ketika ia berada cukup dekat, ia bisa melihat bahwa buku itu penuh dengan catatan tangan dan gambar-gambar aneh.
“Tolong, siapa kamu? Apa yang terjadi di sini?” Arman bertanya lagi.
Wanita itu akhirnya berbicara, suaranya lembut dan penuh kesedihan. “Aku adalah Maria, pemilik rumah ini. Aku terperangkap di sini selama bertahun-tahun, menunggu seseorang yang bisa membantuku menemukan kedamaian.”
Arman bingung. “Bagaimana aku bisa membantumu?”
Maria menatapnya dengan tatapan penuh harap. “Di dalam buku ini, ada rahasia yang harus kamu pecahkan. Ini adalah kunci untuk membebaskanku. Tolong, bacalah dan temukan jawabannya.”
Arman mengambil buku itu dengan tangan gemetar. Ia membuka halaman demi halaman, mencoba memahami tulisan tangan yang indah namun penuh dengan simbol-simbol aneh dan bahasa yang tidak dikenalnya. Namun, di salah satu halaman, ia menemukan sebuah peta yang tampaknya menggambarkan rumah itu dan sekitarnya. Di peta itu, ada tanda-tanda yang menandakan beberapa tempat penting di dalam dan sekitar rumah.
“Aku akan mencoba,” kata Arman akhirnya. “Aku akan menemukan apa yang harus ditemukan dan membantumu keluar dari sini.”
Maria tersenyum tipis, seolah-olah sebuah beban besar telah terangkat dari bahunya. “Terima kasih,” katanya pelan. “Kamu adalah harapanku yang terakhir.”
Dengan buku di tangannya, Arman merasa bahwa petualangannya baru saja dimulai. Misteri rumah tua ini ternyata lebih dalam dari yang ia bayangkan. Ia harus memecahkan teka-teki yang tersembunyi di balik bayang-bayang untuk menemukan rahasia yang terkubur di dalamnya, dan mungkin, membebaskan jiwa yang terperangkap di sana.
Gabung dalam percakapan